A.
Kertertarikan
Public Relations dan Citra Organisasi
Katz dalam soemirat dan Ardianto
(2004 ) mengatakan bahwa citra adalah cara pihak lain memandang sebuah
perusahaan, seseorang, komite, atau aktivis.
Jekfis (2003) menyebutkan beberapa
jenis citra (image).Berikut ini lima
jenis citra yang ditemukannya,
yaitu
sebagai berikut :
1.
Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada
orang dalam atau anggota organisasi – biasanya pemimpin - mengenai anggapan
pihak luar tentang organisasinya.
2.
Citra yang berlaku (current image), yaitu suatu Citra ayau
pandangan yang di anut orang luar mengenai suatu organisasai.
3.
Citra yang diharapkan (wish image), yaitu citra yang diinginkan
oleh pihak manajemen.
4.
Citra perusahaan (corporate image), yaitu citra dari suatu
organisasi secara keseluruhan.
Jadi,
bukan sekedar citra
atas produk dan pelayanan.
5.
Citra majemuk (multiole image). Banyaknya jumlah
pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari
sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan citra yang belum tentu sama
dengan organisasi ataupun perusahaan tersebut secara keseluruhan.
Public
relations digambarkan sebagai
input-output. Proses intern dalam
model ini adalah pembentukan citra,
input
adalah stimulus yang di berikan,
sedangkan output
adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Efektivitas PR dalam
pembentukan citra (nyata,
cermin,
dan aneka ragam) organisasi erat kiranya dengan kemampuan ( tingkat dasar dan
lanjut ) pemimpin dalam menyelesaikan tugas organisasinya, baik secara individual
maupun tim yang di pengaruhi oleh peraktik berorganisasi (jib design, reward
system, komunikasi
dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/perubahan dalam mengelola sumber
daya (materi, modal
dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencangkup
penyampaian perintah, informasi,
berita dan laporan, serta
menjalin hubungan dengan orang.
B.
Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR
adalah tanggung jawab
perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakeholders sehubungan dengan isu-isu
etika, sosial
dan lingkungan, disamping
ekonomi. Dalam
pengamatanya, terkait dengan praktik CSR, pengusaha di kelompokan menjadi empat, yaitu kelompok hitam, merah, biru, hijau.
1.
Kelompok Hitam adalah mereka yang tidak melakukan peraktik
CSR sama sekali. Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata
untuk kepentingan sendiri.
Kelompok
ini sama sekali tidak peduli pada aspek lingkungan dan sosial sekelilingnya
dalam menjalankan usaha,
bahkan
tidak memerhatikan kesejahtraan karyawan.
2.
Kelompok Merah
adalah mereka yang memulai melaksanakan praktik CSR, tetapi hanya memandang
sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntunganya. Aspek lingkungan dan
sosial mulai dipertimbangkan,
tetapi
dengan keterpaksaan setelah mendapat tekanan dari pihak lain, seperti masyarakat atau
lembaga swadaya masyarakat.
3.
Kelompok Biru adalah
mereka yang menganggap praktik CSR akan memberi dampak positif (return) terhadap usahanya dan menilai
CSR sebagai investasi, bukan
biaya.
4.
Kelompok Hijau
merupakan kelompok yang sepenuh hati melaksanakan praktik CSR. Mereka telah
menempatkannya sebagai nilai inti dan menganggap sebagai suatu keharusan, bahkan kebutuhkan dan menjadikannya
sebagai modal sosial (ekuitas).
C.
Membangun
Citra Perusahan Melalui Program CSR
CSR
Dan Citra Korporat
Beberapa aspek yang merupakan unsur
pembentukan citra dan reputasi
perusahaan,antara lain : (1) Kemapuan finansial; (2) mutu produk dan pelayanan;
(3) fokus –ada pelanggan (4) keunggulan
dan kepekaan SDM; (5) reliability;
(6) inovasi; (7) tanggung jawab lingkungan; (8) tanggung jawab sosial; (9)
penegakan Good Corporate Governance
(GCG). Berdasarkan
pertimbanngan nilai dan perinsip GCG,dalam rangka meningkatkan citra dan
reputasi dan sebagai upaya untuk menunjang kesinambungan investasi,setiap enterprise memerlukan tiga hal:
1.
Adil (fair) kepada seluruh stakeholders (tidak hanya kepada shareholders);
2.
Proaktif (juga)
berperan sebagai agent of change
dalam pemberdayaan masyarakat di daerah operasi;
3.
Efisien,berhati-hati
dalam pengeluaran biaya yang sia-sia,stakeholders
fokus di sekitar daerah operasi.
Berdasarkan
sifatnya,pelaksanaan program CSR dapat dibagi dua,yaitu:
1.
Program Pengembangan
Masyarakat (Community Development/CD);
2.
Program Pengembangan
Hubungan/Relasi dengan publik (relation Development/RD)
Mengapa Perlu Kemitraan?
Kemitraan
(partnership) antara korporasi dan stakeholdrs merupakan suatu keharusan
dalam lingkungan bisnis yang berubah. Kemitraan dapat menghasilkan solusi
antara argument yang menekankan market atau
profit (the bysiness of business is
business yang memprioritaskan shareholders)
dan argumen moral (Corpore Sosial Responsibility atau CSR yang memperhatikan stakeholders). Program kemitraan yang
sukses atau produktif dimulai dengan adanya kehendak yang kuat dan tulus dari
pimpinan perusahaan dan kelompok stakeholders.
Tahapan-tahapan CSR
1.
Pengumpulan Fakta
2.
Perumusan Masalah
3.
Perencanaan dan
Pemrogaman
4.
Aksi dan komunikasi
5.
Evaluasi
D.
Pendalaman
Evaluasi HUMAS
Struktur
dan Bentuk Evaluasi Humas
Ada dua macam evaluasi hasil humas, yaitu kualitatif dengan
cara observasi dan perbandinga perkembangannya serta kuantitatif menggunakan
statistik, perkembangan
pada interval tertentu, dan
perbandingan naik/turunnya.
Evaluasi
Umum tentang Keberhasilan Humas
Keberhasilan Humas bergantung pada
mutu menanamkan saling pengertian pada publik secara berencana dan
terus-menerus. Sebaiknya
mempertahankan standar kualitatif citranya terhadap organisasi dalam jasa
pelayanan produk, kredibilitas dan perubahan sikap.
Kode
Etik Humas Internasional,Regional, dan Nasional
Setiap ketentuan yang terdapat
dalam kode etik harus dapat
mengakomodasikan perubahan standar atau nilai yang terjadi dalam kehidupan ini. Kode etik akan mengatur
tata cara antar anggota asosiasi hubungan,
masyarakat, dan mengatur hubungannya dengan majikan, klien, atau khalayak luas.
Analisis
dan Perkembangan Kode Etik
Tanggung jawab sosial para praktisi PR mengacu
pada pemberian layanan
yang dapat diandalkan, tidak
mengancam lingkungan, dan
memberikan keuntungan positif bagi mayarakat, baik secara sosial, politik maupun ekonomi.
E.
Peran
Public Relation dalam Organisasi Pemerintahan
Fungsi
Public Relations adalah sebagai
Berikut:
a.
Manajemen berita:
a.
Mengkreasikan dan
mendistribusikan pesan untuk membangun publisitas yang menguntungkan;
b.
Membangun dan
memelihara kontrak dengan wartawan.
b.
Hubungan Komunitas:
a.
Memelihara hubungan
yang baik dengan pemerintah dan kelompok komunitas;
b.
Menggunakan bantuan dan
sponsor korporat;
c.
Memberikan konstribusi
yang bersifat amal pada tingkat lokal dan nasional.
c.
Manajemen krisis:
a.
Memberikan citra klien
di mata publik karena kemelut internal, kesalahan kebijakan atau kecelakaan yang
tak di sengaja;
b.
Memberi pedoman bagi
korporat dalam merespons pada keadaan mendesak;
c.
Memulihkan citra di
mata publik yang meyertai suatu skandal.
d.
Lobi:
a.
Memonitor aktivitas
pemerintahan
b.
Memelihara hubungan
dengan legislator;
c.
Menyebarkan informasi
kepada legislator untuk mendukung hukum atau kebijakan yang menguntukan klien;
d.
Mempengaruhi voting
legislator melalui
hubungan atau kontrol pribadi.
F.
Peran
Komunikasi dan Public Relations dalam Arus Globalisasi
Tugas PR adalah melaksanakan
hubungan dengan jalan berkomunikasi.
Peranan
Komunikasi dan Public Relations dalam arus globalisasi
adalah membuat publik bergantung pada public relations sebagai sumber berita
yang tidak tersaji
di surat kabar dan media massa lainya.
BAB VI
A.
Pengertian Budaya Organisasi ( BO)
1. Budaya.
Kroeber dan
Kluchon tahun 1952 menemukan 164 definisi budaya Akan tetapi pengertian yang
terkait dengan BO yaitu sebagai berikut :
1.
Taliziduhu Ndraha dalam bukunya BudayaOrganisasi
mengemukakan pendapat Edwar Burnett dan Vijay Sathe, sebagai berikut :
a. Edwar Burnett, Budaya
mempunyai pengertian teknologi yang luas meliputi ilmu pengetahuan, keyakinan,/percaya, seni,
moral hukum, adat istiadat, dan berbagai kemampuan dan kebiasaan anggota
masyarakat.
b. Vijay Sathe, Budaya adalah seperangkat asumsi penting yang
dimiliki bersama anggota masyarakat.
2. Edgar H
Schein.
Budaya
adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan ditemukan atau dikembangkan oleh
kelompok tertentu untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal cara yang
tepat dalam memahami, memikir dan merasakan terkait masalah – masalah tersebut.
Unsur – Unsur budaya:
a.
Ilmu pengetahuan
b.
Kepercayaan
c.
Seni
d.
Moral
e.
Hukum
f.
Adat istiadat
g.
Prilaku /
kebiasaan ( Norma ) masyarakat
h.
Asumsi dasar
i.
Sistem nilai
j.
Pembelajaran /
pewarisan
k.
Masalah adaptasi
ekternal integrasi internal.
3.
Tiga sudut
pandang terkait dengan budaya, sebagaimana dikemukakan Graves 1986 sebagai
berikut:
a. Budaya merupakan produk konteks pasar ditempat
organisasi, peraturan yang menekan dan sebagainya.
b. Budaya merupakan produk stuktur dan fungsi organisasi
c. Budaya merupakan produk sikap orang orang dalam
pekerjaan merekan
2. Organisasi.
a. J.R Schermerhorn mendefinisiksn organisasi sebagai
berikut :
Mendefinisikan organisasi adalah kumpulan orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
b. Philiph Selznick. Menyebutkan :
Organisasi adalah adalah mengatur personel guna
memudahkan pencapaian beberapa tuhuan alokasi fungsi tujuan dan tanjung jawab.
Unsur – Unsur Oranisasi;
1.
Kumpulan Orang;
2.
Kerja Sama;
3.
Tujuan bersama;
4.
Sistem
koordinasi;
5.
Pembagian tugas
dan tanggung jawab ;
6.
Suber daya
organisasi.
3. Budaya Organisasi.
a. Peter F
Druucker, berpendapat bahwa BO
adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang
pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian
mewariskan kepada anggota – anggota yang baru sebagai cara yang tepat untuk
memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah – masalah terkait.
b. Phithi
Sithi Amnuai, BO adalah
seperangkat asumsi dasar dan keyakinan yang
dianut oleh anggota – anggota organisasi, kemudian dikembangkan dan
diwariskan guna mengatasi masalah – masalah adaptasi eksternal dan masalah –
masalah integrasi internal.
c. Edgar H
Schein, BO mengacu pada suatu sistem makna bersama, oleh anggota – anggota
yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lain.
d. Daniel R
Denison, BO adalah nilai-nilai,
keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi sistem dan
praktik-praktik manajemen serta perilaku yang meningkatkan dan menguatkan
prinsip-prinsip tersebut.
e. Robbins, BO dimaknai sebagai filosofi dasar yang membeikan arahan
bagi kebijakan organisasi dalam pengelolaan karyawan dan nasabah, Robbins
memberi tujuh karakteristik budayaorganisasi sebagai berikut:
1.
Inovasi dan
keberanian mengambil resiko;
2.
Perhatiakan
terhadap detail;
3.
Berorientasi
pada hasil;
4.
Berorientasi kepada
manusia;
5.
Berorientasi
pada tim;
6.
Agresivitas;
7.
Stabilitas.
B. Pengertian
Budaya Perusahaan.
Scein. E.H
mencoba memberikan beberapa pengertian umum mengenai budaya perusahaan:
1.
Keteraturan –
keteraturan perilaku yang diamati apabila orang berinteraksi;
2.
Norma – norma
yang berkembang dalam kelompok kerja;
3.
Nilai – nilai
yang dominan yang didukung oleh suatu organisasi;
4.
Filosafi yang
mengarahkan kebijaksanaan organisasi;
5.
Aturan
permainanharus ditaati untuk dapatdi terima sebagai anggota dalam organisasi;
6.
Perasaan atau
iklim dalam suatu organisasi.
Jadi, pada
dasarnya budaya perusahaan adalah aturan main yang ada didalam perusahaan yang
akan menjadi pegangan dari sumber daya manusia ( SDM ) dalam menjalankan
kewajibannya dan - nilai nilai untuk berperilaku dalam organisasi.
C. Terbentuknya budaya perusahaan ( BP)
Budaya perusahaan terbentuk oleh beberapa unsur berikut ;
1.
Linkungan usaha,
lingkungan tempat perusahaan beroperasi menentukan hal-hal yang harus
dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk mencapai keberhasilan.
2.
Nilai-nilai (
VALUES) merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.
3.
Panutan /
keteladanan orang-orang yang menjadi panutan atau teladan karyawan lainnya
4.
diselenggarkanoleh
perusahaan dalam rangka memberi penghargaan kepada karyawananya.
5.
Nekwork ;
jaringan komunikasi internal didalam perusahaan yang dapat menjadi
sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan Budaya perusahaan
Budaya
perusahaan dipengaruhi oleh faktor – paktor kebijakan perusahaan ( corporate
wisdom style ) dan jati diri perusahaan ( corporate identity )
-
Kebijakan
perusahaan ( corporate wisdom ) ditunjang oleh filosofi perusahaan.
-
Jati diri
perusahaan ( corporate identity )
ditunjang oleh citra perusahaan, kredo ( semboyan )
Budaya perusahaan
perlu dipahami lebih baik karena :
1.
Terlihat secara
nyata dan dapat dirasakan, sehingga dapat menjadi kebanggaan ( pride );
2.
Kinerja individu
dan perusahaan serta jenis usaha tidak mungkin dapat dipahami dengan baik tanpa
memberikan BP. Hal ini berkaitan dengan pengembangan karier.
D. Fungsi dan Dinamika
Budaya Organisasi.
1. Fungsi BO;
a. Peran identitas dan menambah komitmen organisasi
b. Alat perorganisasian anggota;
c. Menguatkan nilai-nilai dalam organisasi
d. Mekanisme control perilaku ( Nelson dan Quik 1997 );
2. Tipe BO;
a. Budaya birokrasi;
b. Budaya inovatif
c. Budaya Siporatif;
3. Fungsi BO
Robbins ( 2001 ); mengemukakan fungsi BO sebagai berikut:
a. Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi
lainnya;
b. Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi.
c. Mempermudah tumbuhnya komitmen;
d. Meningkatkan kemantapan sistem sosial, sebagai perekat
sosial, sebagai perekat sosial, menuju integrasi organisasi.
4. Karakteristik BO:
a. Inisiatif individual;
b. Toleransi terhadap tindakan beresiko;
c. Pengarahan
d. Integrasi;
e. Dukungan manajemen;
f. Kontrol
g. Identitas
h. Sistem imbalan
i.
Toleransi
terhadap konplik;
j.
Pola komuniksai
5. Pembentukan
BO;
Deal dan
kennedi mengemukakan lima unsur pembentukan BO;
a. Lingkungan usaha;
b. Nilai – nilai
c. Pahlawan
d. Ritual
e. Jaringan budaya;
6. Proses
pembentukan BO;
Proses pembentukan
BO dapat dianalisis dari tiga teori sebagai berikut;
a. Teori sociodynamic;
b. Teori kepemimpinan;
c. Teori pembelajaran;
Menurut kontter dan Haskett, proses pembentukan BO
sebagai berikut;
a.
Manejer puncak
b.
Perilaku
organisasi;
c.
Hasil;
d.
Budaya;
7. Asumsi Dasar
BO;
a. Atefak dan kreasi ( fenomena / gejala)
b. Nilai – nilai (
felosofi , visi dan misi, tujuan, larangan-larangan, , standar );
c. Asumsi dasr ( hubungan dengan lingkungan, hakikat,
waktu dan ruangan, sipat manusia, aktivitas manusia );
d. Symbol atau lambing lambing
e. Perspektif( norma sosial dan peraturan baik tertulis
yang mengatur perilaku anggota dalam situasi tertentu;
E. Menciptakan
budaya Organisasi yang Etis
Isi dan kekuatan
budaya memengaruhi iklim etis organisasi dan perilaku etis dari para anggotanya
( robins, 2004 )
Budaya
organisasi yang paling mungkin membentuk standar etis tinggi adalah budaya yang
tinggi dalam menoleransi resiko rendah sampai sedang dalam keagriresifan dan
berfokus pada sasaran.
Budaya
organisasi yang kuat akan berpengaruh lebih besar terhadap karyawan
dibandingkan budaya yang lemah .
F. Budaya
Kerja.
1. Pengertian
budaya kerja
Budaya kerja
adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi sipat kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan
suatu kelompok masyarakat.
Budaya kerja
organisasi adalah manajemen yang meliputi pengembang, perencanaan produksi dan
pelayanan suatu produk yang berkualitas, dalam arti optimal, ekonomis dan
memuaskan.
Menurut Budhi
Paramita dalam tulisannya berjudul Masalah
Keserasian, Budaya dan Manajemen di Indonesia, budaya, kerja dapat dibagi
menjadi:
1.
Sikap terhadap
pekerjaan;
2.
Perilaku pada
waktu bekerja;
2. Tujuan dan manfaat Budaya Kerja
Melaksankan
budaya kerja salah satu mengubah sikap
dan perilaku SDM untuk mencapai Produktivitas kerja manfaatnya ada diantara:
a. Menjamin hasil kerja dengan kualitas yang lebih baik.
b. Membuka seluruh jaringan komunikasi, keterbukaan,
kebersamaan, kegotong royongan, kekeluargaan menemukan kesalahan dan cepat
memperbaiki cepat menyesuaikan diri
c. Mengurangi laporanberupa data-data dan informasi yang
salah dan palsu.
3. Prinsip
Budaya Kerja.
Unsur budaya kerja merupakan mata rantai proses
yaitu setiap kegiatan berkaitan dengan proses lainya atau suatu hasil pekerjaan
merupakan suatu masukan bagi proses pekerjaan lainya.
4. Budaya
Kerja (Dalam Keindonesiaan )
Falsafah
negara, bangsa dan masyarakat Indonesia telah jelas dimuat dalam pembukaan UUD
1945 yang kita namakan PANCASILA Nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya.
Kualitas
SDM dituntut Responsive, atau peka, penuh prakarsa bersikap proaktif, terampil,
mandiri, disiplin, integritas tinggi.
Implementasi
nilai-nilai luhur pancasila dan organisasi menurut perobahan komunikasi, dari
yang biasa dilakukan secara vertical dan atas kebawah ; menjadi hubungan lebih
horizontal dan partisipatif
5. Arti dan Makna Nilai Budaya Kerja.
Nilai budaya kerja adalah
pilihan nilai-nilai moral dan etika yang dianggap baik dan positif, meliputi
nilai sosial budaya positif yang relevan, norma atau kidah, etika dan nilai
kerja produktif tang bersumber dari pemembangan ilmu penfetahuan dan teknologi
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar